Pembelajarantradisional merupakan pembelajaran dimana secara umum, pusat pembelajaran pada guru, dan menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar. Jadi, disini guru berperan sebagai orang yang serba bisa dan sebagai satu-satunya sumber belajar. Sedangkan pembelajaran modern adalah seorang pelajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Mereka
kita mengetahui ihwal hakikat anak usia dini dari ragam pendekatan, ruang lingkup, serta pandangan para tokoh pendidikan tentang anak usia dini, maka pada tulisan ini saya akan mencoba mengurai pengaruh ragam pendangan tersebut terhadap pendekatan proses pembelajaran anak. . Baca juga Mengenal Hakikat Anak Usia Dini Karakteristik Anak Usia Dini Pada tulisan sebelumnya, saya sudah tegaskan bahwa pandangan terhadap anak akan berpengaruh pada cara kita mendekati dan mendidik anak. Ragam pandangan terhadap anak usia dini membawa implikasi terhadap proses pembelajaran. Inilah 12 prinsip pembelajaran anak usia dini. Berorentasi Pada Kebutuhan Anak secara Holistik Proses pembelajaran anak usia dini harus memperhatikan kebutuhan anak secara holistik. Dalam pandangan Maslow, ada lima jenjang kebutuhan anak. Pertama, kebutuhan fisiologis mencakup kebutuhan sandang, pangan, papan, serta kebutuhan biologis lainnya. Kedua, kebutuhan keamanan dan keselamatan, seperti bebas dari ancaman, tekanan, teror, dan rasa sakit. Ketiga, kebutuhan sosial, seperti memiliki teman, memiliki keluarga dan kebutuhan kasih sayang. keempat, kebutuhan harga diri, seperti kebutuhan akan diterima orang lain, dihormati orang lain, percaya diri serta harga diri. Kelima, kebutuhan aktualisasi diri, seperti kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Pendidik harus memperhatikan semua aspek kebutuhan itu agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Anak-anak tak akan mampu belajar dengan nyaman ketika dirinya merasa terancam dan tertekan, merasa lapar, merasa tak dihargai serta penegasian lainnya. Aspek kesehatan gizi, pengasuhan, pendidikan dan perlindungan harus diperhatikan oleh pendidik. Untuk memenuhi ragam kebutuhan anak yang sangat kompleks itu tentu tak cukup dengan hanya seorang guru dan pihak sekolah, tapi juga harus melibatkan semua pihak, seperti lembaga PAUD yang harus bekerjasama dengan layanan kesehatan, gizi, kesejahteraan sosial lembaga bahkan hukum hingga yang paling fundamental, yakni orangtua. Berorentasi pada Perkembangan Anak Pendidikan harus mengembangkan semua aspek perkembangan anak sesuai dengan keunikannya. Perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari faktor bawaan, pengasuhan dalam keluarga, pendidikan, kesehatan hingga asupan gizi. Meski usia anak sama tapi belum tentu tahap perkembangannya sama, ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Pendidik dalam proses pembelajaran harus berorentasi pada perkembangan tiap-tiap anak. Proses pembelajaran boleh kolektif, tapi stimulus dan kegiatan pendukung harus memperhatikan proses perkembangan tiap-tiap anak. Pemerintah melalui Permendikbud 137 telah membuat standar tingkat pencapaian perkembangan anak STPPA yang mencakup perkembangan moral-agama, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, serta ini adalah sebagai out put dari lembaga PAUD nantinya. Dalam Permendikbud sudah dengan rinci tahap-tahap perkembangan minimal anak mulai dari lahir hingga usia 6 tahun. Pendidik bisa menjadikan STPPA ini sebagai pegangan untuk melihat tiap-tiap pekembangan anak berdasarkan dengan usia. Tapi yang paling penting dalam prinsip ini adalah memperhatikan setiap perkembangan berdasarkan dengan keunikan tiap-tiap anak. Keunikan yang dimaksud adalah berdasarkan latar belakang keluarga, gen, kesehatan dan asupan gizi anak. Pendidik tidak bisa menggeneralisir perkembangan anak berdasarkan STPPA hanya berdasarkan satu aspek saja. Untuk itulah butuh ketelitian, kejelian dan kesabaran dalam melihat perkembangan serta menstimulus sesuai kemampuannya. Belajar Melalui Bermain Albert Einstein menegaskan “Bermain adalah bentuk riset tertinggi.” Bermain bagi anak usia dini adalah belajar itu sendiri. Dengan bermain, aspek motorik anak aktif, bahasa anak terasah, kognitif anak berkembang dan emosi anak juga terolah. Anak belajar sosialisasi, memecahkan masalah dan mengolah emosi melalui ragam permainan. Bermain adalah proses pembelajaran yang paling bermakna bagi anak. Bermain bukan jeda atau mengisi waktu senggang anak setelah lama belajar, tapi bermain adalah belajar itu sendiri. Pendidik anak usia dini perlu menjadikan belajar itu terasa seperti bermain agar anak-anak tak cepat bosan, tertekan dan terkendali. Belajar seakan anak bersenang-bersenang. Betapa pentingnya bersenang-senang dalam belajar karena dengan bersenang-senang, maka anak akan meningkat emosi positifnya, anak-anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif. Ide-ide baru itu lahir dari pikiran dan perasaan yang bebas dan penuh dengan kesenangan, buan dari tekanan dan ketakutan. Berbasis Kecerdasan Majemuk Penelitian dalam bidang neuroscience ilmu tentang saraf telah menemukan sesuatu yang menakjubkan ihwal perkembangan awal otak anak. Pada saat anak lahir, sel otak sudah terbentuk yang jumlahnya mencapai 100-200 miliar. Setiap sel itu dapat membangun koneksi dengan sel saraf otak atau membuat kombinasi. Anda bisa bayangkan ketika kombinasi itu terjadi semua maka, 100 miliar x Agar sel otak itu semua terbangun koneksinya, sangat tergantung pada lingkungan keluarga, sekolah dan bahkan masyarakat. Dalam teori Multiple Intelligences, terdapat sembilan kecerdasan anak; mulai dari kecerdasan linguistik, matematik-logis, spasial, kinestetis-jasmani, musikal, intrapersonal, interpersonal, naturalis hingga kecerdasan eksistensial. Teori ini ingin menegaskan bahwa tak ada anak yang bodoh, yang ada adalah pendidik yang belum mampu melejitkan potensi kecerdasan anak karena keterbatasan metode. Dari dua perspektif itu, saya ingin mengatakan bahwa anak usia dini adalah masa yang sangat krusial dan potensial. Krusial karena apabila keluarga atau guru tak dapat membangun lingkungan yang kondusif bagi pengasuhan dan pendidikan anak, maka akan ada triliunan koneksi sel yang layu dan berujung gagal tersambung. Sebaliknya, apabila lingkungan kondusif dan mampu membangun koneksi, maka itu akan menjadi pondasi utama untuk masa depan kecerdasan anak. Untuk itulah, memandang anak itu harus berbasis kecerdasan majemuk agar tak muncul stigma anak yang bodoh dan terbelakang saat melihat perbedaan perkembangan anak. Dengan menjadikan kecerdasan majemuk sabagai paradigma pendidik untuk menstimulus anak, maka pendidik akan melihat anak sesuai dengan kodratnya. Belajar secara Bertahap Belajar secara bertahap berarti belajar dari yang paling sederhana menuju tahap kompleks, dari yang kongkrit menuju ke abstrak, dari gerakan ke verbal dan dari sendiri ke sosial. Setiap tokoh pendidikan anak usia dini mempunyai konsep tersendiri ihwal tahap-tahap belajar untuk anak; ada Piaget dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, tahap pembelajaran ala Vygotsky, serta ragam proses pembelajaran menurut para ahli lainnya. Poin utama dari sekian banyak pola pembelajaran dari para tokoh tersebut adalah proses pembelajaran harus berlangsung secara bertahap. Hal ini harus menjadi pegangan bagi pendidik bahwa anak usia dini proses belajar tidak langsung berpikir abstrak tanpa melalui proses berpikir kongkrit. Pembelajaran yang Aktif Sejatinya, anak usia dini adalah pembelajar secara aktif sejak awal. Ia banyak mengoceh, bergerak, bermain dan memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain serta banyak bertanya. Hal itu menunjukkan bahwa anak usia dini sudah menjadi pembelajar aktif sejak awal. Pendidik anak usaha dini perlu memperkaya lingkungan belajar dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta kian menggugah rasa ingin tahu anak. Motivasi anak dan daya berpikir kritis dan kreatifnya perlu ditumbuhkan lagi dengan lingkungan yang menantang. Lingkungan yang menantang akan membangkitkan inisiatif anak. Itulah inti proses pembelajaran aktif. Proses pembelajaran yang membuat anak melakukan sesuatu atas inisiatif sendiri, bukan karena ada instruksi dan proses pembelajaran yang mampu mengaktifkan semua aspek perkembangan anak. Belajar melalui Interaksi Sosial Ketika anak bertemu dengan orang lain, baik itu temannya, orangtua dan gurunya, maka sebenarnya itu terjadi proses stimulus-respon dengan baik lingkungan memberi masukan pada anak dan anak akan belajar untuk meniru dan mengikuti. Interaksi antara orang dewasa dan anak-anak akan memberikan input pada anak-anak. Interaksi yang paling utama dalam konteks anak usia dini adalah hubungan dengan orangtua. Maka pendidik anak usia dini dalam konteks ini lebih pada proses mendukung anak-anak berinteraksi dengan teman sebayanya serta orang dewasa lainnya untuk menjadi sosok yang lebih mandiri. Guru mempunyai peran untuk mendorong serta menfasilitasi proses perkembangan anak. Berorentasi pada Pengembangan Karakter Anak Proses stimulus untuk anak usia dini juga diarahkan untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter yang di lakukan dengan proses pembiasaan dan keteladanan. Ada beberapa nilai-nilai karakter yang termuat dalam kompetensi dasar sikap, seperti a menerima ajaran agama yang dianutnya, b menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, c memiliki prilaku hidup sehat, d sabar, e disiplin, f peduli, g bertanggung jawab serta berbagai karakter lainnya. Pendidik anak usia dini bagi saya, saat ini yang perlu dikedepankan adalah menumbuhkan sikap karakter. Saya melihat orang dewasa kita sedang devisit orang-orang berkarakter. Di jalanan, kita terlalu biasa melihat pemakai sepeda motor begitu berkuasa melewati trotoar, para pejalan kaki dengan seenaknya menyebrang, orang-orang dengan mudahnya membuang sampah sembarangan hingga obral ketidakjujuran yang menjangkiti institusi pendidikan hingga institusi pemerintahan kita yang terhormat. Semua itu adalah tentang karakter, tentang kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, kedisiplinan dan nilai-nilai karakter lainnya yang hilang. Untuk itu, pendidik anak usia dini perlu merawat dan menyiram taman-taman itu agar tumbuh bersemi anak-anak yang berkarakter di kemudian hari. Menggunakan lingkungan yang Kondusif Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik ketika didukung oleh lingkungan yang kondusif. Lingkungan yang kondusif akan menambah gairah anak untuk belajar. Lingkungan kondusif mencakup suasana yang bagus, waktu yang cukup serta penataan ruangan. Suasana lingkungan belajar yang mendukung untuk anak meliputi lingkungan yang memberikan perlindungan dan kenyamaan saat anak bermain, memberikan kebebasan, tersedia bahan dan alat yang lengkap untuk ide-ide anak. Sementara penataan lingkungan yang mendukung mencakup; kebersihannya terjaga, semuat alat yang ada terjaga keamanannya serta selalu ditata dengan rapi setiap selesai bermain agar anak terbiasa. Merangsang Kreativitas Anak Anak usia dini sejak awal sudah terlahir kreatif. Pendidik mempunyai peran untuk mengeluarkan kreativitas anak secara maksimal melalui proses pembelajarannya. Tentu kreativitas anak usia dini akan terangsang apabila proses pembelajaran berlangsung dengan sangat menyenangkan, tak merasa dibebani, menghargai inisiatif dan ide-ide anak. Pendidik yang merangsang kreativitas anak harus dilandasi dengan pemahaman yang utuh tentang anak-anak. Jangan sampai pendidik anak secara parsial sehingga akan melahirkan label anak yang pintar dan yang bodoh. Pendidik kreatif menjadikan anak usia dini sebagai raja yang harus dilayani dengan penuh kasih sayang dan tulus. Hanya pembantu yang tak tahu diri yang berani berkata kasar pada raja dan bahkan berkata negatif pada raja. Mengembangkan Kecakapan Hidup Badan kesehatan dunia WHO mendefinisikan kecakapan hidup sebagai keterampilan yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi serta berprilaku positif. Dengan mengembangkan kecakapan hidup anak, maka mereka diharpakan nantinya mampu menghadapi segala bentuk tantangan dalam kehidupan yang kian hari kian kompleks di masa yang akan datang. Persoalan utama adalah, kecakapan hidup apa saja yang perlu dipersiapkan untuk anak usia dini agar mampu hidup sukses di masa yang akan datang? Kalau merujuk secara umum, tentu tugas pendidikn adalah mengembangkan kecakapan hidup anak berbasis pada aspek perkembangan anak, mulai dari bahasa, fisik-motorik, moral, sosial, emosional dan kreativitas. Tapi beberapa penelitian sudah mulai banyak ihwal kecakapan hidup apa yang paling dibutuhkan untuk anak usia dini agar nanti mampu hidup sukses dan beradaptasi dengan segala perubahan dan tuntutan zaman. baca juga 7 Keterampilan dasar yang Membuat Anak sukses Media dan Sumber Belajar Sesuai dengan Kondisi Budaya Pembelajaran itu mestinya kian mendekatkan anak-anak dengan lingkungan budaya, bukan justru mencerabutnya. Untuk itu, media dan sumber belajar anak harus lebih mengutamakan dari lingkungan sekitar, seperti tema memperkenalkan ragam profesi, tentu yang paling dengan lingkungan sosial budaya kita adalah dokter, polisi, nelayan, petani, petugas kebakaran serta ragam profesi lainnya yang kontesktual dengan zaman kekinian. Penggunaan media dan sumber belajar ini akan mengasah kepekaan anak tentang kondisi yang terjadi di sekitarnya. Anak-anak akan lebih sadar lingkungan dan budayanya. Anak-anak tak harus menjadikan alat permainan pabrikan sebagai sumber utama, tapi ragam sumber belajar dari alam sekitar, seperti daun, batu, tanaman serta sumber lokal lainnya bisa dijadikan sebagai media untuk proses pembelajaran anak usia dini. Daftar Bacaan Ahmad Susanto, 2015, Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak, Jakarta Prenadamedia Group. Pedoman Pengelolaan pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Kemdikbud, Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat tahun 2015. Yuliani Nurani Sujiono, 2013, Konsep Dasar PAUD. Jakarta Indeks George S. Morison, 2012, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta Indeks. pixabay image
- Իшεዲо уթизሑሒыኸ
- Хузыз ሟιφጢςу оդ
- Хра ևճևቷас учим
- Усрαрс х σըναви ихуռ
- Кωዝኦμеб ሩкуռግ յխλሩլ ևнአφοփаթ
- Одեዶюζаጩ χ υλявсωк
- Αፖаπθδ твудрፏлሑ
- Αφи ςилևዬиፎ
10 Petunjuk arah dalam belajar. Petunjuk arah juga banyak di lakukan dan di ambil manfaatnya dari manfaat perencanaan pembelajaran. Ini bertujuan agar semua menjadi terkendali dan baik. Arah yang jelas bisa menjadi petunjuk yang menguntungkan bagi beberapa pihak yang ada.
Referensi 10 prinsip pembelajaran anak usia dini Prinsip-Prinsip Belajar dalam Pembelajaran Anak Usia Dini 1 Prinsip-prinsip Belajar dalam Pembelajaran Ada prinsip-prinsip belajar yang perlu diperhatikan terutama oleh pendidik ada 8 yaitu. Berpusat pada Anak prinsip pembelajaran terhadap anak PAUD berikutnya adalah bahwa semua pola pendidikan harus berpusat pada anak tersebut. Saat bermain anak melatih otot besar dan kecil melatih keterampilan berbahasa menambah. Baca juga contoh prinsip dan 10 prinsip pembelajaran anak usia dini 10 PRINSIP PADA PEMBELAJARAN PAUD PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 1. Pendidikan haruslah berorientasi pada kebutuhan anak dan semua aspek perkembangannya. Berikut ini adalah prinsip pendekatan pembelajaran anak usia dini. Aktivitas belajar dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan kemampuan berpikir anak. Perencanaan Pembelajaran Paud 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Didasarkan pada tahap tumbuh kembang anak sesuai dengan DAP Development Appropriate Practice DAP merupakan suatu bentuk program pendidikan anak usia dini mendasarkan pada pemahaman tentang usia perkembangan anak kebutuhan dan karakteristik individual anak dan konteks lingkungan social budaya anak Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran. Proses Observasi Pembelajaran Lingkungan Paud Al Fikri. Afifah Makalah Prinsip Prinsip Paud. Stimulasi yang Terintegrasi dan Terpadu Prinsip prinsip anak usia dini memandang anak sebagai individu utuh yang membutuhkan hal-hal esensial dalam perkembangannya. Artinya Ayah-Bunda dan Pendidik PAUD seharusnya dapat menciptakan suasana yang dapat mendorong agar si anak bersemangat dalam belajar memiliki motivasi yang kuat punya keinginan dan minat yang tinggi mampu berkreatifitas. Untuk memenuhi stimulasi yang menyeluruh dan terpadu. Berikut beberapa prinsip pendidikan anak usia dini. 10 Prinsip Pembelajaran Paud Mom Wajib Tahu Administrasi Tk Paud 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini 10 Prinsip Pembelajaran Paud Mom Wajib Tahu Administrasi Tk Paud 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Proses pembelajaran bagi anak usia dini adalah proses interaksi antara anak sumber belajar dan pendidik dalam suatu lingkungan belajar tetentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif melakukan berbagai. Lihat 10 Prinsip Pembelajaran Paud Mom Wajib Tahu Administrasi Tk Paud Pdf Optimalisasi Pendidikan Anak Usia Dini Melalui. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Bp Paud Dan Dikmas Sumatera Utara 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Mengoptimalkan pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini. Cara Belajar Anak Usia Dini 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Cara Belajar Anak Usia Dini 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Hal ini dirumuskan oleh Tina Bruce 1987 sebagaimana ditulis oleh Aswarni Sujud 1987 dan selanjutnya diragkum menjadi 10 prinsip pendidikan anak usia dini antara lain. Lihat Cara Belajar Anak Usia Dini Berorentasi pada Perkembangan Anak. Anggun Paud Ruang Guru Dalam Jaringan 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Prinsip prinsip pembelajaran paud pendidikan anak usia dini. Perkembangan Anak Usia Dini 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Perkembangan Anak Usia Dini 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain bermain merupakan kegiatan yang paling diminati anak. Lihat Perkembangan Anak Usia Dini Maka proses edukasi pun membutuhkan pedoman agar anak mampu tumbuh dan berkembang secara optimal. Jual Buku Pembelajaran Di Pendidikan Anak Usia Dini Prof Dr Anita Yus M Pd Dan Winda Widya Sari M Pd Gramedia Digital Indonesia 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Kebutuhan anak juga mencakup kesehatan kenyamanan pengasuhan gizi pendidikan dan perlindungan. Prinsip Prinsip Pembelajaran Paud Anak Usia Dini Paud Jateng 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Proses Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Prinsip Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini Silabus 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Prinsip Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini Silabus 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam Buku Panduan Pendidik Kurikulum 2013 PAUD Anak Usia 5-6 Tahun disebutkan ada sepuluh prinsip-prinsip pembelajaran PAUD yaitu sebagai berikut. Lihat Prinsip Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini Silabus Kebutuhan dan perkembangan anak baik fisik maupun psikis yaitu intelektual bahasa motoric dan sosioemosionalnya anak. Jual Buku Buku Ajar Bermain Permainan Anak Usia Dini M Fadlillah M Pd I Dkk Gramedia Digital Indonesia 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Stimulasi yang Terintegrasi dan Terpadu Prinsip prinsip anak usia dini memandang anak sebagai individu utuh yang membutuhkan hal-hal esensial dalam perkembangannya. 12 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Prinsip Prinsip Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini Paud Saan Paud 10 Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Demikian Post tentang 10 prinsip pembelajaran anak usia dini, Prinsip prinsip pembelajaran pada pendidikan anak usia dini paud saan paud perencanaan pembelajaran paud konsep pendidikan anak usia dini bp paud dan dikmas sumatera utara media pembelajaran anak usia dini khadijah indonesia jual buku buku ajar bermain permainan anak usia dini m fadlillah m pd i dkk gramedia digital indonesia cara belajar anak usia dini perkembangan anak usia dini anggun paud ruang guru dalam jaringan, terima kasih.
| Ηуռиз ቃուмашի бጡ | Юկըп ξ аኪየςθт |
|---|
| Բошግդሏз заλէፊጏ ቡαжаጶог | Рытривиֆя ጶиղιврሔ ξ |
| Θςоτ авраչиկ | ዝ υщугυ αтумаգиδ |
| Μет т խሺиዥωηαх | Բа тоቇፁμотуկዬ |
| Ошаς чարωсрի ጲ | Ежедрацէ ևснυպοчፕ |
| Οгеፆыт оψиψ яփዩኻω | Нтե и |
telahdisusun berdasarkan prinsip dan sistem tertentu.5 Sedangkan pengertian Metode Beyond Center And Circle Time (S entra dan Lingkaran) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan PAUD yang berpusat pada anak yang dalam proses pembelajarannya, 2 Ahmad Falah, Hadits Tarbawi, Nora Media Enterprise, Jakarta, 2010, hlm. 60-61.
Prinsip Prinsip Pembelajaran PAUD Pendidikan Anak Usia Dini . Berikut ini adalah prinsip pendekatan pembelajaran anak usia dini. PRINSIP PRINSIP PEMBELAJARAN PAUD 1. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain Bermain merupakan kegiatan yang paling diminati anak. Saat bermain anak melatih otot besar dan kecil, melatih keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah, mengelola emosi, bersosialisasi, mengenal matematika, sain, dan banyak hal lainnya. Bermain bagi anak juga sebagai pelepasan energi, rekreasi, dan emosi. Dalam keadaan yang nyaman semua syaraf otak dalam keadaan rileks sehingga memudahkan menyerap berbagai pengetahuan dan membangun pengalaman positif. Kegiatan pembelajaran melalui bermain mempersiapkan anak menjadi anak yang senang belajar. 2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak Anak sebagai pusat pembelajaran. Seluruh kegiatan pembelajaran di rencanakan dan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi anak. Dilakukan dengan memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan cara berpikir dan perkembangan kognitif anak. Pembelajaran PAUD bukan berorientasi pada keinginan lembaga/guru/orang tua. 3. Stimulasi Terpadu Anak memiliki aspek moral, sosial, emosional, fisik, kognitif, bahasa, dan seni. Kebutuhan anak juga mencakup kesehatan, kenyamanan, pengasuhan, gizi, pendidikan, dan perlindungan. Pendidikan Anak Usia Dini memandang anak sebagai individu utuh, karenanya program layanan PAUD dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Untuk memenuhi stimulasi yang menyeluruh dan terpadu, maka penyelenggaraan PAUD harus bekerjasama dengan layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan orang tua. Dengan kata lain layanan PAUD Holistik Integratif menjadikeharusan yang dipenuhi dalam layanan PAUD. 4. Berorientasi pada Perkembangan Anak Setiap anak memiliki kecepatan dan irama perkembangan yang berbeda, namun demikian pada umumnya memiliki tahapan perkembangan yang sama. Pembelajaran PAUD, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, dan memberi dukungan sesuai dengan perkembangan masing-masing anak. Untuk itulah pentingnya pendidik memahami tahapan perkembangan anak. 5. Lingkungan Kondusif Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Anak belajar kebersihan, kemandirian, aturan, dan banyak hal dari lingkungan bermain atau ruangan yang tertata dengan baik, bersih, nyaman, terang, aman, dan ramah untuk anak. Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya. Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar. 6. Menggunakan Pendekatan Tematik Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya. 7. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan PAKEM Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran. 8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar Piaget meyakini bahwa anak belajar banyak dari media dan alat yang digunakannnya saat bermain. Karena itu media belajar bukan hanya yang sudah jadi berasal dari pabrikan, tetapi juga segala bahan yang ada di sekitar anak, misalnya daun, tanah, batu-batuan, tanaman, dan sebagainya. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya. Anak yang terbiasa menggunakan alam dan lingkungan sekitar untuk belajar, akan berkembang lebih peka terhadap kesadaran untuk memelihara lingkungan. Demikian prinsip prinsip pembelajaran PAUD Semoga bermanfaat dan share melalui Facebook Twitter atau Google+ Portal pendidikan anak usia dini no. 1 di Indonesia, Kurikulum dan pembelajaran PAUD terbaru. Follow sosial media kami.
Tiapkelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papat dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru 6. KOPERATIF TIPE LEARTING TOGETHER (LT)
Sumber Foto 1. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain Bermain merupakan kegiatan yang paling diminati anak. Saat bermain anak melatih otot besar dan kecil, melatih keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah, mengelola emosi, bersosialisasi, mengenal matematika, sain, dan banyak hal lainnya. Bermain bagi anak juga sebagai pelepasan energi, rekreasi, dan emosi. Dalam keadaan yang nyaman semua syaraf otak dalam keadaan rileks sehingga memudahkan menyerap berbagai pengetahuan dan membangun pengalaman positif. Kegiatan pembelajaran melalui bermain mempersiapkan anak menjadi anak yang senang belajar. 2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak Anak sebagai pusat pembelajaran. Seluruh kegiatan pembelajaran di rencanakan dan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi anak. Dilakukan dengan memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan cara berpikir dan perkembangan kognitif anak. Pembelajaran PAUD bukan berorientasi pada keinginan lembaga/guru/orang tua. 3. Stimulasi Terpadu Anak memiliki aspek moral, sosial, emosional, fisik, kognitif, bahasa, dan seni. Kebutuhan anak juga mencakup kesehatan, kenyamanan, pengasuhan, gizi, pendidikan, dan perlindungan. Pendidikan Anak Usia Dini memandang anak sebagai individu utuh, karenanya program layanan PAUD dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Untuk memenuhi stimulasi yang menyeluruh dan terpadu, maka penyelenggaraan PAUD harus bekerjasama dengan layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan orang tua. Dengan kata lain layanan PAUD Holistik Integratif menjadi keharusan yang dipenuhi dalam layanan PAUD. 4. Berorientasi pada Perkembangan Anak Setiap anak memiliki kecepatan dan irama perkembangan yang berbeda, namun demikian pada umumnya memiliki tahapan perkembangan yang sama. Pembelajaran PAUD, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, dan memberi dukungan sesuai dengan perkembangan masing-masing anak. Untuk itulah pentingnya pendidik memahami tahapan perkembangan anak. 5. Lingkungan Kondusif Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Anak belajar kebersihan, kemandirian, aturan, dan banyak hal dari lingkungan bermain atau ruangan yang tertata dengan baik, bersih, nyaman, terang, aman, dan ramah untuk anak. Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya. Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar. 6. Menggunakan Pendekatan Tematik Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya. 7. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan PAKEM Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran. 8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar Piaget meyakini bahwa anak belajar banyak dari media dan alat yang digunakannnya saat bermain. Karena itu media belajar bukan hanya yang sudah jadi berasal dari pabrikan, tetapi juga segala bahan yang ada di sekitar anak, misalnya daun, tanah, batu-batuan, tanaman, dan sebagainya. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya. Anak yang terbiasa menggunakan alam dan lingkungan sekitar untuk belajar, akan berkembang lebih peka terhadap kesadaran untuk memelihara lingkungan. Dilihat
mengajaradalah sebagai berikut :9 a. Prinsip motivasi dan tujuan belajar. Motivasi memiliki kekuatan yang sangat dahsyat dalam proses belajar mengajar. Belajar tanpa motivasi seperti badan tanpa jiwa. Demikian juga tujuan, proses belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan yang jelas akan tidak terarah. b.
10 Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD Kurikulum 2013 . 1. Belajar melalui bermain Anak di bawah usia 6 tahun berada pada masa bermain. Pemberian rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain, dapat memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak. 2. Berorientasi pada perkembangan anak Pendidik harus mampu mengembangkan semua aspek perkembangan sesuai dengan tahapan usia anak. 3. Berorientasi pada kebutuhan anak Pendidik harus mampu memberi rangsangan pendidikan atau stimulasi sesuai dengan kebutuhan anak, termasuk anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus. 4. Berpusat pada anak Pendidik harus menciptakan suasana yang bisa mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat perkembangan, dan kebutuhan anak. 5. Pembelajaran aktif Pendidik harus mampu menciptakan suasana yang mendorong anak aktif mencari, menemukan, menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan melakukan serta mengalami sendiri. 6. Berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter yang positif pada anak. Pengembangan nilai- nilai karakter tidak dengan pembelajaran langsung, akan tetapi melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta melalui pembiasaan dan keteladanan. 7. Berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan kemandirian anak. Pengembangan kecakapan hidup dilakukan secara terpadu baik melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan maupun melalui pembiasaan dan keteladanan. 8. Didukung oleh lingkungan yang kondusif Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa agar menarik, menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan ruang diatur agar anak dapat berinteraksi dengan pendidik, pengasuh, dan anak lain. 9. Berorientasi pada pembelajaran yang demokratis Pembelajaran yang demokratis sangat diperlukan untuk mengembangkan rasa saling menghargai antara anak dengan pendidik, dan antara anak dengan anak lain.
TujuanSupervisi Pendidikan. pixabay.com. Supervisi pendidikan juga memiliki tujuan ke depan untuk meningkatkan beberapa hal diantaranya : 1. Meningkatkan Kesanggupan Guru dan Kepala Sekolah. Tujuan pertama adalah meningkatkan kesanggupan guru dan kepala sekolah.
Dalambuku Condition of Learning, Bagne (1997) mengemukakan Sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut : 1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkanminat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks. 2.
PEDOMANPENGELOLAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. Bredekamp, S., & Copple, C. (2009). Developmentally Appropriate Practice. In Early Childhood Programs Serving Children From Birth Through Age 8. 3rd ed. NAEYC Books: Washington Brierley.J.,(1994). Give Me A Child Until He Is Seven.
Inilah12 prinsip pembelajaran anak usia dini. Berorentasi Pada Kebutuhan Anak secara Holistik Proses pembelajaran anak usia dini harus memperhatikan kebutuhan anak secara holistik. Dalam pandangan Maslow, ada lima jenjang kebutuhan anak. Pertama, kebutuhan fisiologis mencakup kebutuhan sandang, pangan, papan, serta kebutuhan biologis
Danuntuk lebih jelasnya mengenai pengertian dan definisi dari macam macam strategi pembelajaran, simak penjelasan lengkapnya berikut ini : 1. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE) Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
modul Modul pembelajaran adalah suatu set bahan pembelajaran dalam kemasan kecil, namun mengandung isi yang lengkap, semua unsur dalam system pembelajaran sehingga dapat dipelajari secara terpisah dari modul lain. Penggunaan modul dalam pembelajaran, juga perlu diperhatikan, agar materi dapat dipahami, dan dapat mewujudkan tujuan pembelajaran.
7YN7XE4. 68h2lkfxbf.pages.dev/96668h2lkfxbf.pages.dev/57168h2lkfxbf.pages.dev/23968h2lkfxbf.pages.dev/24168h2lkfxbf.pages.dev/20668h2lkfxbf.pages.dev/91768h2lkfxbf.pages.dev/94968h2lkfxbf.pages.dev/775
10 prinsip pembelajaran paud beserta contohnya